Adakata.id, Bontang – Spesialis Gizi Klinik RSUD Taman Husada Bontang, dr. Naldi Yanwar, Sp.GK, menegaskan bahwa penderita penyakit kronis seperti jantung, diabetes mellitus, dan gangguan organ dalam lainnya memerlukan pola makan yang berbeda dengan orang sehat.
Salah satu yang paling mendasar adalah takaran atau porsi konsumsi nasi yang harus disesuaikan dengan kondisi medis masing-masing pasien.
“Porsi nasi tentu berbeda antara orang sehat dengan yang sedang menderita penyakit. Pola makan harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, termasuk memperhitungkan energi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan,” jelas dr. Naldi saat ditemui di RSUD Taman Husada Bontang.
Ia menjelaskan bahwa pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit umumnya masih berada dalam kondisi peradangan atau inflamasi aktif. Pada tahap ini, tubuh justru membutuhkan asupan energi lebih tinggi agar bisa memperbaiki diri dan melawan penyakit. Oleh karena itu, pembatasan makanan seperti nasi justru tidak disarankan dalam fase akut.
“Kalau kita batasi makanannya saat mereka masih dalam fase peradangan, tubuh bisa lemas. Akibatnya, tubuh akan mengambil cadangan energi dari protein otot, dan ini berbahaya karena bisa menyebabkan otot menyusut,” ujar dr. Naldi.
Namun, ia menekankan bahwa pendekatan gizi berbeda diterapkan untuk pasien rawat jalan atau poli yang sudah dalam tahap pengendalian penyakit. Pada kondisi ini, strategi nutrisi diarahkan untuk pencegahan agar penyakit tidak kambuh atau semakin parah.
“Untuk pasien poli, kita mulai atur dan batasi porsinya. Tujuannya lebih ke arah pencegahan dan pengendalian jangka panjang,” imbuhnya.
Dokter Naldi menambahkan bahwa pola makan untuk pasien kronis tidak bisa disamaratakan. Setiap individu harus menjalani evaluasi gizi yang disesuaikan dengan kondisi klinisnya. Selain porsi nasi, perhatian juga harus diberikan pada jenis karbohidrat yang dikonsumsi, serta keseimbangan antara protein, lemak sehat, dan mikronutrien.
Ia menegaskan pentingnya peran keluarga dalam mendukung pasien untuk mematuhi pola makan yang dianjurkan.
“Pemahaman yang tepat akan membantu pasien lebih disiplin. Jangan sampai keluarga justru memberikan makanan yang tidak sesuai hanya karena merasa kasihan,” katanya.
Dalam penutupnya, dr. Naldi mengingatkan bahwa pemulihan dari penyakit kronis sangat bergantung pada kombinasi antara pengobatan medis dan pola makan yang tepat.
“Gizi yang baik adalah bagian dari terapi. Jadi jangan abaikan aspek ini dalam proses penyembuhan,” pungkasnya. (adv/rsudtamanhusadabontang)
Penulis: Irha
Editor: Sunniva Caia