Adakata.id, Bontang – Nyeri pinggang akut menjadi salah satu keluhan yang sering dialami masyarakat, terutama mereka yang berusia produktif atau melakukan aktivitas fisik berat. Menyikapi hal ini, RSUD Taman Husada Bontang melalui tim Promosi Kesehatan mengedukasi masyarakat tentang tata laksana manajemen nyeri pinggang akut yang efektif dan aman.
Tim Promosi Kesehatan RSUD Taman Husada Bontang dr. Siti Aisyatur Ridha menjelaskan, nyeri pinggang akut umumnya bisa diatasi dengan terapi konservatif, terutama jika belum memerlukan tindakan operasi. Terapi konservatif ini mencakup istirahat, pengobatan, hingga latihan fisik bertahap.
Salah satu metode yang kerap dipertanyakan adalah bed rest. Menurut dr. Ridha, istirahat total di tempat tidur masih relevan untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan pada diskus tulang belakang. Namun, durasinya perlu dibatasi.
“Bed rest dilakukan di alas yang keras, idealnya 3-5 hari saja. Untuk kasus seperti skoliosis disertai nyeri radikular hebat atau herniasi diskus akut, bisa sampai 5 minggu, namun tetap dalam pengawasan medis,” jelasnya, belum lama ini.
Selain istirahat, pembatasan aktivitas juga penting. Pasien disarankan membatasi aktivitas berat hingga tiga bulan, terutama menghindari mengangkat beban lebih dari 9 kilogram. Khususnya bagi penderita nyeri punggung sedang hingga berat, kecuali jika hanya nyeri otot.
Dari sisi pengobatan, nyeri pinggang akut dapat diredakan dengan beberapa jenis obat, seperti acetaminofen atau paracetamol, obat antiinflamasi non-steroid (NSAID), hingga relaksan otot. Penggunaan opioid boleh dilakukan, namun tidak lebih dari dua minggu.
Sedangkan kata dia, steroid oral jangka pendek selama 3-5 hari bisa dipertimbangkan untuk kasus herniasi nukleus pulposus (HNP) berat yang disertai peradangan.
“Relaksan otot juga kerap diresepkan untuk mengurangi spasme otot, yang sering menjadi sumber nyeri,” terangnya.
Tidak hanya obat, terapi fisik turut berperan penting. Kompres dingin sangat dianjurkan dalam 24 jam pertama bila nyeri disertai pembengkakan atau inflamasi. Sementara kompres panas bisa digunakan untuk kondisi kronis guna meredakan spasme otot.
Metode lain seperti diatermi, ultrasound, atau radiasi infra merah juga dapat digunakan untuk pemanasan jaringan otot secara lokal. Selain itu, korset lumbal juga direkomendasikan sebagai alat bantu untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang.
“Penggunaan korset lumbal bisa mencegah eksaserbasi nyeri dan membantu mengurangi spasme otot, terutama bagi pasien dengan nyeri pinggang kronis,” ucap dr. Ridha.
Setelah nyeri mereda, pasien disarankan mulai melakukan latihan fisik ringan, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda. Tujuannya untuk menjaga fleksibilitas otot dan sendi, memperbaiki sirkulasi darah, serta mempercepat pemulihan.
Latihan tersebut dibagi dalam dua jenis, yaitu latihan kelenturan seperti gerakan knee-chest, dan latihan penguatan seperti gerakan pergelangan kaki, penggeseran tumit, serta latihan mengangkat panggul. Ada pula latihan berdiri dengan punggung menempel ke dinding, yang berguna untuk memperbaiki postur tulang belakang.
Rumah sakit plat merah tersebut berharap edukasi ini dapat membantu masyarakat menangani nyeri pinggang secara tepat dan mandiri, serta mencegah kondisi berkembang menjadi kronis.
“Yang terpenting, konsultasi dengan tenaga medis harus tetap dilakukan agar terapi bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien,” tutupnya. (adv/rsudtamanhusadabontang)
Penulis: Irha
Editor: Sunniva Caia